Sulitnya Memaafkan..

Seorang teman pernah berkata kepadaku (katanya sih ngutip dari buku juga)...
"Hati yang terluka itu seperti kayu yang ditancapkan paku. Meskipun paku tersebut sudah dicabut tapi bekasnya akan tetap ada" (maap klo ga sama persis)

Memaafkan memang bukan pekerjaan mudah... apalagi forgive and forget. Kadang di lisan kita sudah mengatakan "kamu sudah saya maafkan" tapi di hati.... luka itu tetap membekas. Saking susahnya memaafkan, Allah memberikan imbalan surga bagi orang-orang yang mau memaafkan orang lain, seperti kisah berikut..

Suatu hari, Rasulullah dan para sahabat berkumpul dengan Rasulullah disebuah majelis, di masjid.  Ketika itu, tiba-tiba Rasulullah berkata, sebentar lagi, akan ada seorang sahabatku datang. dia adalah calon ahli surga". Para sahabatpun penasaran. Gimana lagi, masuk surga itu susah, makanya para sahabat berburu orang-orang yang diberi stempel "DIJAMIN MASUK SURGA", untuk dikorek tips dan kiat-kiatnya. Pada saat itu, para sahabat bertanya-tanya: siapakah gerangan orang itu? di majelis itu, sudah lengkap orang-orang hebat yang amalannya luar biasa, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan orang-orang luar biasa laiinya, lengkap sudah, tidak ada yang absen. Siapakah orang yang dimaksud Rasulullah itu??

Beberapa menit kemudian, datanglah seorang sahabat yang berpenampilan sederhana. Sebut saja, si Fulan. Orang-orang terheran-heran, kok bisa dia jadi calon ahli surga?? Padahal, kalau dilihat-lihat, amalan kesehariannya rata-rata kok dengan para sahabat yang lain?
Hari berikutnya, dan berikutnya, Rasulullah pun berkata sama, dan orang yang sama juga yang dimaksud oleh Rasulullah. Akhirnya, salah satu sahabat, yakni Abdullah bin Umar bin Khattab rupanya tidak mampu lagi membendung rasa penasarannya. Dia meminta izin pada sahabat tersebut untuk menginap beberapa hari di rumahnya. Misi Abdullah bin Umar satu: untuk menjawab pertanyaan tentang amal apa yang dilakukn oleh si fulan hingga dia mendapat "stempel" ahli surga. Setelah beberapa hari Ibnu Umar memperhatikan tentang amalan si Fulan..hasilnya, amalan tersebut merupakan amalan yang juga tidak ditinggalkan oleh para sahabat lain. Lalu, apakah yang spesial yang lain daripada yang lain?? Pertanyaan itu tidak terjawab. Akhirnya, Ibnu Umar mengakui misinya itu kepada si fulan, dan langsung meminta jawaban atas pertanyaan di atas. si fulan pun menjawab,"Wahai Ibnu Umar, sesuai dengan yang engkau lihat, amalanku kurang lebih sama dengan amalan kalian. namun, ada satu hal..setiap malam, sebelum aku tidur, di atas ranjangku aku berkata 'Ya Allah, aku maafkan semua kesalahan dari saudara-saudaraku yang mereka lakukan padaku hari ini baik yang disengaja maupun tidak'. mungkin itu yang menyebabkan Rasulullah berkata seperti itu". Ibnu Umar berkata,"Ya, itulah yang menyebabkanmu menjadi ahli surga. karena amalan itu sangat berat sekali pelaksanaannya.."
(sumber: http://maryamsmeer.blog.com/3428345/)

Siapa sih yang ga mau masuk surga???
Makanya setiap kali marah karena merasa kecewa dengan perbuatan orang lain, kisah ini selalu terngiang di pikiranku. Mengingatkan ku agar mau memaafkan. Walaupun kadang beraaat sekali... apalagi jika orang tersebut membuka peluang untuk melampiaskan amarah dan kesalahan itu diulang-ulang. Tapi, sebenarnya banyak alasan untuk kita memaafkan orang lain... setidaknya yang menjadi 'cambuk' ku agar mau memberi maaf

    * Apakah kita mau bila Allah juga tidak memaafkan kita ketika di hari akhir nanti? jika kita sebagai manusia yang berdosa pun tidak mau memaafkan saudara kita sendiri. Padahal salah satu sifat Allah itu adalah Maha Pengampun
    * Apakah kita mau setan menang atas diri kita di saat marah?? Makanya Rasulullah menyuruh kita berwudhu jika sedang marah agar tidak dikuasai setan
    * Apakah kita mau jika suatu hari kita melakukan kesalahan dan meminta maaf tapi orang tersebut tidak mau memaafkan kita? Padahal semua kesalahan manusia kepada manusia lainnya tidak akan terampuni bila sebelum orang yang disakiti tersebut memaafkannya.


Teringat pada sebuah pepatah tentang persahabatan...
"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

sumber : "Menulis di atas Batu & Pasir": http://castutor.blogspot.com/

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer